Memahami Konsep Hunian Kolektif: Bukan Sekadar Tinggal Berdampingan
- Steve JM
- Apr 11
- 2 min read
Hunian kolektif bukan ide baru, tapi kini menjadi semakin relevan di tengah tekanan hidup di kota besar. Di banyak kota, kita dihadapkan pada pilihan terbatas: rumah tapak yang semakin mahal, atau apartemen massal yang kehilangan nuansa kebersamaan. Urban Kolektif hadir sebagai alternatif—sebuah ruang eksperimen untuk membangun cara tinggal yang lebih adil, berkelanjutan, dan manusiawi.

Di Urban Kolektif, kita percaya bahwa hunian bisa dirancang bersama, dimiliki bersama, dan dikelola bersama. Bukan semata tempat tinggal, tapi juga tempat bertumbuh sebagai komunitas. Kita menyebut pendekatan ini sebagai hunian kolektif: model yang memungkinkan kita untuk hidup mandiri, namun tetap terhubung—dengan ruang berbagi, keputusan kolektif, dan semangat gotong royong.
Konsep ini tidak memaksa semua orang tinggal dalam satu rumah atau berbagi setiap aspek hidup. Justru sebaliknya, kita menekankan fleksibilitas. Setiap komunitas bisa menyusun bentuknya sendiri—berapa unit, ruang bersama apa yang ingin dibangun, bagaimana cara tinggal dijalankan—semuanya bisa disesuaikan lewat proses yang partisipatif sejak awal.
Urban Kolektif menjadi wadah untuk bertemu: kita bisa saling berbagi lokasi impian, informasi lahan potensial, dan membentuk kelompok berdasarkan minat geografis. Jika satu lahan dianggap layak, kita bantu menyusun konsep awal, mengecek regulasi, dan membuka ruang bagi anggota lain untuk bergabung. Dengan pendekatan koperasi per lokasi, kita berupaya membangun sistem kepemilikan bersama yang transparan dan adil.
Tentu tidak semua orang langsung bisa terlibat. Tapi siapa pun bisa belajar, bergabung dalam diskusi, dan menjadi bagian dari proses. Karena hunian yang sehat dan manusiawi bukan hanya soal bangunan—tapi tentang bagaimana kita merancang ulang relasi antarmanusia di kota.
Urban Kolektif adalah tempat untuk membayangkan ulang masa depan kota—bukan sendirian, tapi bersama. Melalui komunitas, kita mencoba memulihkan hal-hal yang dulu terasa dekat: saling mengenal tetangga, menjaga ruang bersama, dan tinggal dengan rasa percaya.
Commenti