Jakarta dan Tantangan Hunian: Apakah Solusi Kolektif Bisa Jadi Jawaban?
- Steve JM
- Apr 11
- 1 min read
Jakarta adalah kota penuh kontras. Satu sisi menawarkan peluang, sisi lain menyisakan ketimpangan. Salah satu tantangan paling mendasar yang kita hadapi bersama di kota ini adalah persoalan tempat tinggal—dan bukan hanya soal jumlah, tapi juga soal keadilan, aksesibilitas, dan kualitas ruang hidup.

Harga tanah dan properti melambung jauh dari jangkauan mayoritas warga. Sementara itu, banyak hunian justru dibiarkan kosong sebagai alat investasi. Di sisi lain, kampung-kampung kota yang hidup dan saling menopang justru terancam penggusuran, gentrifikasi, dan alih fungsi lahan.
Kita butuh alternatif yang tidak hanya memikirkan efisiensi bangunan, tapi juga keberlangsungan komunitas. Hunian kolektif bisa menjadi salah satu jawabannya: bukan hanya karena lebih hemat ruang dan biaya, tapi juga karena menawarkan pendekatan yang menempatkan warga sebagai aktor utama dalam menentukan cara mereka hidup bersama.
Bayangkan jika kita bisa bersama-sama membangun hunian di pusat kota tanpa harus berkompetisi di pasar properti. Bayangkan jika ruang tinggal bisa dirancang dari awal sebagai ruang bersama—dengan fasilitas kolektif, keputusan partisipatif, dan sistem kepemilikan yang tidak spekulatif.
Tentu, ini bukan hal yang mudah. Tapi kota ini telah terbentuk dari ribuan inisiatif kecil warganya. Jika kita bisa menyusun ulang cara kita tinggal, mungkin kita juga bisa menyusun ulang cara kita hidup di kota.
Urban Kolektif mencoba membuka pintu itu. Tidak menawarkan solusi instan, tapi ruang bersama untuk berpikir, merancang, dan membangun ulang Jakarta—mulai dari hal paling dasar: tempat kita tinggal.



Comments