top of page

Apa Itu Co-Housing dan Mengapa Penting untuk Kota-Kota di Indonesia?

Di tengah krisis hunian yang makin terasa di kota-kota besar, kita butuh cara baru untuk berpikir tentang tempat tinggal. Harga tanah dan properti makin menjauh dari jangkauan banyak orang, sementara ruang-ruang hidup makin sempit—secara fisik maupun sosial. Tapi bagaimana kalau kita berhenti memandang rumah sebagai aset pribadi, dan mulai melihatnya sebagai ruang hidup bersama?





Co-housing adalah salah satu alternatif yang menjanjikan. Bukan sekadar model arsitektur, tapi sebuah pendekatan hidup. Dalam co-housing, kita memiliki unit pribadi, tapi juga berbagai ruang dan fasilitas bersama: dapur kolektif, ruang duduk, taman, tempat bermain, ruang kerja, bahkan kendaraan bersama. Hunian ini dirancang dan dikelola oleh komunitas penghuninya sendiri, bukan developer.


Lebih dari sekadar “patungan bangun rumah”, co-housing menekankan partisipasi aktif, keputusan bersama, dan kebersamaan sebagai nilai utama. Kita tidak hanya tinggal bersebelahan, tapi juga tumbuh bersama.


Di banyak negara, co-housing menjadi jawaban atas keterasingan sosial, tekanan ekonomi, hingga krisis iklim. Proyek seperti Nightingale Housing di Australia atau Sargfabrik di Austria membuktikan bahwa hunian bisa dirancang untuk memprioritaskan solidaritas, keterjangkauan, dan keberlanjutan.


Kita percaya, pendekatan ini juga relevan di Indonesia. Bayangkan jika warga kota bisa bersama-sama membangun hunian yang manusiawi, bukan hanya efisien. Hunian yang tidak menyingkirkan yang tak mampu, tapi justru mengundang semua untuk saling berbagi ruang.


Urban Kolektif hadir untuk membuka percakapan ini. Kita ingin membayangkan ulang cara kita hidup di kota—dengan lebih adil, lebih inklusif, dan lebih bersama.

Comments


bottom of page