Kepemilikan Bersama: Alternatif Adil di Tengah Krisis Hunian Perkotaan
- Steve JM
- Sep 8
- 1 min read
Harga rumah di kota terus melambung, sementara penghasilan banyak dari kita stagnan. Sistem kepemilikan konvensional membuat hunian jadi alat investasi, bukan ruang untuk hidup. Hasilnya? Rumah jadi terlalu mahal untuk dihuni, tapi terlalu menguntungkan untuk dibiarkan kosong.

Di tengah situasi ini, kita perlu membayangkan bentuk kepemilikan yang tidak individualistik—yang tidak hanya menguntungkan mereka yang “masuk lebih dulu”, tapi juga adil untuk semua yang ingin hidup layak di kota. Di sinilah konsep kepemilikan bersama menjadi relevan.
Dalam model ini, hunian dibangun, dimiliki, dan dikelola secara kolektif. Bukan milik satu orang atau perusahaan, tapi milik bersama. Skema seperti koperasi perumahan memungkinkan kita ikut memiliki ruang tinggal tanpa harus membeli unit secara pribadi. Kita membeli saham komunitas, bukan properti.
Kepemilikan bersama bukan berarti kehilangan hak tinggal. Justru sebaliknya: kita punya jaminan tinggal jangka panjang, bisa terlibat dalam pengambilan keputusan, dan ikut menentukan arah pengelolaan ruang. Hunian menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal—ia menjadi ruang hidup, ruang partisipasi, dan ruang keberlanjutan.
Lebih penting lagi, kepemilikan bersama memutus siklus spekulasi. Hunian tidak diperjualbelikan demi keuntungan, tapi dijaga nilainya demi keberlanjutan komunitas. Ini bukan sistem yang sempurna, tapi jelas lebih adil dari yang kita miliki sekarang.
Urban Kolektif ingin menjadi bagian dari eksperimen besar ini. Kita sedang membangun sistem kepemilikan baru—berbasis kepercayaan, kesetaraan, dan rasa saling memiliki. Mungkin ini bukan solusi instan, tapi ini adalah jalan yang layak ditempuh.


Comments